Selamat Datang di Windikmbonak Willy Kogoya blogspot.

Biarkan Saya Berbicara dalam wilayah (Tubuh, Jiwa dan Roh). Tiga Unsur yang ada pada manusia ini harus seimbang dan diberi makanannya masing-masing sesuai porsinya. sangat berbahaya jika salah satunya kurus karena kelaparan.


Makanan bagi Tubuh = makanan 4 sehat 5 sempurna
Makanan bagi Jiwa = Mempelajarai Ilmu Pengetahuan
Makanan Bagi Roh = Berdoa, beribadah dan bersekutu dengan Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus
Memuat Berita dan Informasi IPOLEKSOSBUDHANKAM

Telusuri Data dan Informasi

SUARA BAPTIS PAPUA Headline Animator

Papua Press Agency Headline Animator

Kamis, Agustus 21, 2008

Artikel Gereja dan Masyarakat

TERCERAI-BERAI IBLIS SENANG,
BERSATU UMAT BAPTIS PAPUA KUAT

Ketika berada di Getsemani pada detik-detik penangkapanNya, Yesus berkata “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku." Matius 26:38. Yesus adalah kepala gereja dan kepala Umat Baptis, sehingga memang benar bahwa hati Yesus sangat sedih melihat murid-Nya kurang menjalin kebersamaan dan persekutuan dalam doa. Setelah seluruh murid Yesus bercerai-berai meninggalkan Yesus yang ditangkap serta diadili sendiri pada waktu itu, muncul seorang tokoh yang bernama Petrus dalam Matius 26:75, mengatakan “Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Kisah seorang Petrus yang sudah melarikan diri untuk menyelamatkan dirinya sendiri, menggambarkan hamba-hamba Tuhan di kalangan gereja Baptis yang tidak sejalan dengan adanya saling curiga mencurigai, sifat mau menang sendiri, sifat meninggalkan pemimpin sendiri atau lari dari tanggung jawab, dengan maksud karena takut ditangkap, takut mendapat tanggapan yang tidak enak didengar karena maunya yang baik-baik saja padahal seorang pemimpin sejati atau pelayan sejati adalah dalam keadaan senang atau tidak senang, sebagaimana perintah Yesus kita harus menjaga domba-domba Allah. Disamping itu ada juga yang keluar dari persekutuan dengan mengikuti jejak Yudas Iskariot sang Pengkhianat yang mencari keuntungan ekonomi dengan menjual Jemaat, Menjual Organisasi, atau menggadaikan Harga Diri Orang Baptis bahkan Iman dan Moralnya sendiri, juga saling menjual keluarga sendiri. Seorang Petrus walaupun pernah memberontak dengan dirinya sendiri dan meninggalkan Yesus, namun akhirnya kembali kepada Yesus Sang Guru dan Pemimpin dan pada akhir kisah hidupnya diketahui, Petrus digantung dan rela mati demi Kristus dengan posisi kedua kaki diikat ke atas dan kepala tergantung ke bawa. Pada bagian lain dalam kisah Petrus dalam Injil Yohanes 21: 17 tertulis: Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Pada bagian di atas menceritakan kesedihan hati Yesus, karena melihat ulah anak-anakNya yang tidak bersatu dalam Melayani, Bersekutu dan Bersaksi bagi Kemuliaan Yesus Kristus Tuhan kita. Kesedihan hati Yesus karena melihat kita penuh dosa, sedang dijajah oleh Iblis dalam belenggu dosa. Kedekatan hati umat Baptis kepada Tuhan Yesus sebagai pemilik gereja Baptis, perlu kita contoh dari ekspresi Petrus yang sedih hati mengingat soal “Menggembalakan Domba-Domba”. Disini Petrus merasa bahwa Yesus telah memilih dia untuk menjadi penjala manusia, dan kenapa dia sudah pernah lari dari tanggung jawab panggilan surgawi tersebut?, barangkali timbul pernyataan tulus seperti ini dalam pribadinya. Tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan sendiri kepada Petrus dan kini menjadi giliran kita sekalian adalah menggembalakan domba-domba yang tidak sebatas mendirikan gereja dan memberitakan Injil tiap minggu di mimbar-mimbar, namun perlu dibarengi dengan pelayanan pastoral, menjaga umat dari sakit penyakit, kalau ada yang bersedia urus organisasi yang lain mengambil bagian pada penginjilan dan pengajaran Alkitab, kalau ada yang urus persoalan kemanusiaan, yang lain tetap menjalankan program-program jemaat agar sebagai domba-domba Allah tetap eksis, tanpa terpengaruh dengan kepentingan Ideologi, politik, ekonomi dan sosial budaya serta pertahanan keamanan dalam memasuki era globalisasi yang berimplikasi positif dan negatif. Alangkah indahnya umat Baptis dapat menempatkan diri sebagai anak-anak terang dan dapat menjalankan semua perkara kecil hingga perkara besar dengan penuh tanggung jawab. Oleh sebab itu, perbedaan pendapat yang dilatar belakangi oleh kepentingan pribadi dengan mengabaikan atau membunuh manusia lain secara langsung atau tidak langsung dengan menjajah saudara sendiri adalah pekerjaan Iblis. Itulah sebabnya Rasul Paulus melalui suratnya kepada kita melalui Kitab Perjanjian Baru Efesus 6:11 mengatakan: Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis. Memelihara perbedaan pendapat dengan didasari rasa dongkol, dendam, iri hati, dengki, cemburu, ingin menang sendiri, melakukan tindakan kekerasan, fitnah, bohong, menipu adalah siasat Iblis yang membuat Iblis dan orang-orang yang mengabdi kepada Iblis senang melihat kehancuran umat Tuhan di Tanah Papua. Yang menjadi musuh dan akar masalah sudah jelas di mata kita, sehingga perlu kewaspadaan diri dalam berpikir sebelum bertindak atau mengambil keputusan. Namun hal yang perlu diingat adalah Tuhan takkan pernah sekali-kali membiarkan kita berjalan sendiri, sebagai mana Firman Tuhan dalam Yeremia 46:28 berbunyi: Maka engkau, janganlah takut, hai hamba-Ku Yakub, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku menyertai engkau: segala bangsa yang ke antaranya engkau Kuceraiberaikan akan Kuhabiskan, tetapi engkau ini tidak akan Kuhabiskan. Aku akan menghajar engkau menurut hukum, tetapi Aku sama sekali tidak memandang engkau tak bersalah."

Menanggapi kasus Newton Mokay tanggal, 5 Agustus 2008 timbul sejumlah pertanyaan dari umat Baptis di Papua dan sedunia. Tanggapan mereka jika dibuat dalam pertanyaan Bagaimana tanggapan Umat Baptis Papua dan sedunia apalagi perasaan hati Yesus Sang Kepala Gereja jika diantara kita masih saling menyalahkan, sementara kita mesti bersatu padu melawan musuh yang dari luar?. Terkait Sebab dan Akibat Pemalangan Kampus STT Baptis pada Kasus 5 Agustus 2008, diharapkan kepada Bapak Newton F. Mokay, Bapak Andolof Kogoya, bersama Mahasiswa STT Baptis sebagai intelektual Baptis janganlah bersikap keras hati dan keras kepala dengan memakai kekuatan fisik walaupun itu juga penting disatu sisi sebagai cara mempertahankan apa yang dianggap benar. Kampus STT Baptis yang konon sebagai tempat “bakar batu orang yang dipanggil Tuhan” yang diutus ke tengah-tengah jemaat dan tempat pelayanan baru, diharapkan tidak dijadikan sebagai arena “Tinju” atau “Arena Perang Saudara”. Sebagai contoh aksi yang dilakukan oleh Bapak Newton Mokay dan Andolof Kogoya, mendapat masukan baik untuk pelaku yang menjadi aktor intelektual dan kepada para intelektual Baptis seluruhnya bahwa jika Anda sebagai seorang anggota tokoh publik di MRP janganlah ikut-ikutan mengambil alih tugas dosen dan akademisi STT Baptis pada jam kerjanya dengan cara melakukan kekerasan. Atau janganlah pihak Akademisi mengganggu kerja anggota MRP pada jam kerjanya. Jadi intinya jangan saling mengganggu pada jam kerja apalagi melakukan hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi dan golongan dengan merugikan pihak lain pada jam kerja. Ada juga masukan bahwa anda punya hak dan kewajiban untuk membela diri dan berkelahi atau berdebat tapi mesti pada tempatnya secara profesional. Siapapun yang memimpin Sekolah Tinggi Theologia Baptis yang dirintis dan dibuka dengan susah payah dan air mata jangan dirusak nama baiknya dan yang harus dilakukan adalah difungsikan sesuai fungsinya. Jagalah dan peliharalah dan jadikanlah lembaga pendidikan ini untuk melalukan misi Tuhan Yesus, untuk melayani dan menggembalakan domba-domba Allah. Itulah kira-kira beberapa tanggapan dan masukan dari orang Baptis yang ada di Papua maupun di dunia lainnya. Begitu juga dengan kisah para oknum bupati, oknum hamba-hamba Tuhan dan oknum anggota TNI dan POLRI yang suka terlibat dalam membeking atau menjadi aktor intelektual dalam keterlibatan terencana ataupun tidak terencana dalam mengganggu eksistensi Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, diharapkan mampu menempatkan diri secara profesional agar tidak terjadi hal-hal yang mencerai-beraikan umat Tuhan di Papua.

Pelayanan adalah milik Tuhan dan Tuhan pun tidak tinggal diam dengan kesedihan hatiNYA terus melakukan transformasi. Kesedihan hati Yesus semakin bertambah akibat ulah kelompok yang tertipu dengan tipu daya Iblis menyebabkan jemaatNya tercerai-berai. Melalui Roh Kudus dari hati ke hati sebenarnya sudah menginsyafkan kita akan perbuatan yang menyakitkan hati Yesus Sang Kepala Gereja. Akibat tertipu oleh tipu daya Iblis, mengakibatkan rusaknya hubungan kekeluargaan, hubungan persekutuan, hilangnya wibawah hamba Tuhan di tengah umat, adanya teguran-teguran Firman Allah dengan kebenaranNya yang kita rasakan, timbul perasaan iri dan dengki dan bisa saja kehilangan harta benda dan nyawa.

Sebagai umat Tuhan kepunyaan Allah, marilah kita satukan tekad merasakan kebebasan, dan hidup damai yang dijanjikan Tuhan bagi setiap kita yang menuruti Firman Allah yang hidup dalam ALKITAB. Seluruh anggota jemaat Baptis di seluruh tanah Papua, sebagaimana prinsip Otonomi gereja yang dianut oleh gereja Baptis buatlah rencana pelayanan jangka panjang dan jangka pendek, buatlah program jemaat menindaklanjuti program Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua yang terdapat dalam Kongres menyangkut Penginjilan, Kesehatan, Pendidikan dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, dan perlindungan hukum dan HAM. Dan lakukanlah pelayanan itu bukan supaya disenangi pimpinan Sinode/BPP-PGBP dan bukan untuk disenangi manusia semata, atau juga menjadikan objek mendapatkan uang, namun dengan menggunakan swadaya jemaat buatlah sesuatu untuk kemuliaan nama Tuhan. Saya mau meminjam istilah yang pernah disampaikan oleh Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Socaretez Sofyan Yoman pada Seminar Pelurusan Sejarah Gereja Baptis Papua di Makki, pada November 2006, mengatakan: “KAT NANO EKE TI MBO PUNUK, AN NANO EKE, AN NANO EKIRAK? TIMBAN YUWOK E!!!” artinya suatu pernyataan ajakan, yang artinya “janganlah menjadi orang yang suka mengatakan KAMU BERBUAT APA, tetapi marilah menjadi orang yang suka mengatakan SAYA SEDANG/SUDAH MELAKUKAN APA?. Dengan demikian saya berpendapat bahwa pernyataan seperti ini memang penting dan perlu kita masing-masing mengucapkannya dengan kata hati kita dengan kesungguhan hati agar dalam melakukan segala tugas dan tanggung jawab kita; tidak saling menyalahkan. Jangan-jangan karena kita suka saling menyalakan yang diserta tidak melaksanakan amanat Agung Tuhan Yesus Kristus dan pada akhirnya terjadi ratapan tangis seperti yang terdapat dalam Wahyu 5:4 yang berbunyi: Maka menangislah aku dengan amat sedihnya, karena tidak ada seorang pun yang dianggap layak untuk membuka gulungan kitab itu ataupun melihat sebelah dalamnya.

Mengakhiri tulisan ini, marilah kita ingat baik-baik apa kata ALKITAB dalam Firman Tuhan I Petrus 5:8 yang mengingatkan kita untuk tetap waspada yang berbunyi: Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya *** Yogyakarta, 17 Agustus 2008***

* = Wakil Sekretaris 1 BPP-PGBP dan Pengajar di Program Study PPKn FKIP-UNCEN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda Silahkan Memberikan Komentar. komentar anda sangat penting untuk melatih berargumen dan memberikan manfaat bagi pembangunan diri menuju pembangunan bangsa Indonesia.